Contoh spesies indikator adalah kumbang bubuk. Hewan ini banyak digunakan dalam studi bioindikator
terhadap tingkat kerusakan hutan karena mereka memiliki peran ekologis yang
penting dalam ekosistem hutan tropis. Kumbang bubuk bersama dengan serangga
lainnya merupakan organisme dekomposer yang sangat penting, sehingga menentukan
ketersediaan unsur hara bagi vegetasi hutan. Mereka juga terlibat dalam
penyebaran biji-biji tumbuhan dan pengendalian parasit vertebrata (dengan
menghilangkan sumber infeksi). Distribusi lokal dari kumbang bubuk sangat dipengaruhi
oleh tingkat naungan vegetasi dan tipe tanah. Selain itu struktur fisik habitat
menjadi faktor penting yang mempengaruhi komposisi dan distribusi kumbang bubuk
(Davis et al. 2001). Oleh karena itu kelompok serangga ini merupakan indikator
yang berguna untuk menggambarkan perbedaan struktur (bentuk arsitek, abiotik)
antara habitat.
Peran serangga sebagai bioindikator ekosistem hutan telah
didemonstrasikan dengan baik oleh Klein (1989) yang menguji peran kumbang bubuk
dari ordo Coleoptera famili Scarabidae terhadap dekomposisi kotoran hewan pada
habitat yang berbeda yakni hutan alami, hutan terfragmentasi dan padang rumput
(bekas hutan tebangan) di Amazon bagian Tengah (Central Amazon). Laju
penguraian kotoran hewan menurun sekitar 60% di hutan alam dibandingkan padang
rumput. Meskipun kelimpahan kumbang bubuk pada ketiga habitat tersebut tidak
berbeda nyata namun terjadi penurunan sekitar 80% jumlah jenis kumbang bubuk
di padang rumput. Hal ini menegaskan bahwa setiap jenis kumbang bubuk memiliki
peran yang cukup penting dibandingkan jenis lainnya sehingga semakin tinggi
biodiversitas kumbang bubuk dan serangga lainnya menunjukan kestabilan
ekosistem hutan yang semakin mantap.